Posts

Showing posts from April, 2019

Anak pertama~

Anak pertama~ Sebelum ia dihadirkan, aku menata doa dalam sedu sedan. Jika aku meminta dihadirkan buah hati, maka sama saja yang kuminta adalah tanggung jawab. Yang kupinta hadirnya ini manusia. Ia yang sebelumnya tak ada, kemudian akan hadir di dunia melaluiku dan lantas akan dibebankan padanya tugas-tugas sebagai makhluk mukallaf. Bayi mungil kemudian terlahir. Kurapalkan doa-doa setiap hari untuk seluruh kebaikan hidupnya. Sering aku menatapnya dengan perasaan haru. Membayangkan dalam hitungan tahun, ia akan memasuki masa baligh, lalu segala perbuatannya, mulai dinilai. Kupeluk ia dalam balutan doa. Ia yang tak pernah meminta dilahirkan kelak akan menghadapi berbagai tanggung jawab. Maka kutitipkan ia, buah hati pertama kami, pada-Nya sejak sebelum ia dihadirkan dalam rahim~ kuserahkan penjagaan lahir batinnya...

Tindik

Tsuroyya (Aya), putri kecil kami nyaris tak pernah menangis. Tidurnya begitu lama sampai saya harus membangunkannya pada jam menyusui. Jika hendak menginformasikan sesuatu, misal ia pipis atau BAB, ia hanya mengeluarkan suara mirip tangisan, tapi bukan menangis. Katanya bayi seringkali mengeluarkan suara tangis sebagai alat komunikasi, tapi bukan disebabkan emosi. Tapi hari itu, usianya baru tiga pekan ketika kami mengajaknya ke bidan untuk cukur dan tindik. Untuk pertama kali kudengar tangisnya memecah saat proses tindik. Hati terasa ngilu setelah malam-malam terlewati tanpa mendengarnya merintih. Saya ikut menangis mendegar suara mungil itu teriak-teriak kesakitan dengan volume maximal sampai suaranya nyaris lindap, mungkin saking tingginya rasa sakit yang hendak ia keluarkan lewat tangis. Begitu proses tindik usai, bidan menyerahkan bayi mungil berbalut bedong biru pada saya untuk disusui. Hati saya makin nyeri rasanya melihat Aya hanya diam, matanya yang basah terpejam. Tang

Melahirkan 2

"Aku tak ingin mengalami trauma setelah bersalin. Aku ingin mengalami kenangan yang indah dan menyenangkan karena kehadiran bayi dalam kehidupan rumah tangga kami adalah sebuah keajaiban yang pantas dirayakan dengan sukacita. Aku ingin senyum, kasih dan cinta kukenalkan kepada bayiku ketika dia pertama kali melihat dunia ini. Untuk itu, aku ingin merencanakan semuanya dengan matang," (Buku Bebas Takut Hamil Dan Melahirkan) Sepanjang perjalanan hamil, saya berusaha membekali diri dengan banyak searching informasi terkait hamil dan melahirkan. Utamanya hal yang berkaitan tentang gentle birth. Melahirkan dengan proses se-alami mungkin. Mulai dari stalking IG, Web dan youtube bidan kita. Memantau informasi perkembangan janin di aplikasi halo bumil. Menyimak postingan di group Ibu Hamil Indonesia. Dan menanyakan tiap gejala apapun di aplikasi alodokter.  Untungnya alodokter juga memfasilitasi konsultasi dengan spesialis hanya dengan bayar 15.000. Saya menggunakannya

Melahirkan 1

Sebetulnya rasanya sulit sekali mau menulis tentang melahirkan. Momen yang betul-betul luar biasa bagiku. Ya, momen yang sama sekali baru. Cerita tentang melahirkan ini akan saya mulai dari sejak pulang dari mudik ke rumah mertua (January 2019). Sebab ini adalah saat-saat saya menyiapkan diri jelang melahirkan. Mengandung anak pertama membuat saya begitu antusias mempelajari apapun untuk kebaikan janin. Saya yang sebetulnya kurang suka makan, memaksakan diri untuk mengatur menu harian dan berusaha makan lebih banyak porsi dari sebelum hamil. Kujaga asupan. Kupantau setiap hari. Per-asupan kucari tahu kandungan gizi di dalamnya. Saya ingin mempertahankan HB seperti saat tes ANC pertama 14,5. HB yang fantastis untuk Ibu hamil, katanya. Tapi memasuki bulan ke tujuh kehamilan, semangat itu menurun. Keteraturan terasa membosankan. Saya mulai tidak disiplin makan dan mulai bosan mengasup makanan bergizi. Kopi menjadi teman sehari-hari. Dan saking semangatnya nulis juga jualan, saya kehila