Posts

Pencuri Itu Membuatku Menangis

"Maling.. Maling... " Gemuruh suara di luar mengagetkanku malam itu ketika aku bersiap pulang dari villa.  Aku tengah membereskan beberapa berkas kerjaan dan buku-buku untuk persiapan kuliah besok.  Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Beberapa karyawan yang kerja di villa sekaligus kantor produksi gamis butikku baru saja berkemas. Mereka ada lemburan hingga pukul sembilan malam.  "Mba Rania, di luar lagi rame banget," Silfi memberikan informasi sambil tergopoh masuk ke ruanganku.  "Katanya ada maling ayam di perkebunan belakang kita," "Ha??" Aku terbelalak kaget. Tak kusangka sumber keributan itu dari kebun belakang villa.  Aku segera berlari bersama Silfi, Ambar, dan Risa. Penasaran apa yang terjadi sebenarnya.  Sampai di belakang villa kulihat beberapa warga berkerumun. Sejurus kemudian, kulihat seorang laki-laki lebam habis dikeroyok.  "Ada apa ini pak, ya Allah, " Pekikku.  Baru tiga hari ini aku menempati villa untuk menamba

Gadget

Image
Sedih banget anak tantrum gegara minta gadget. Ini tanda kurang bagus jadi kami harus membatasi diri memperlihatkan main gadget di depannya.  Belakangan pekerjaan sangat berkurang, tapi yawdah ngga apa-apa, sementara pemakaian gadget memang harus kubatasi.  Harusnya sekalian TV biar sama sekali ngga nonton tv juga. Tapi gimana, kadang pekerjaan rumah numpuk. Jadi dia masih nonton TV saat aku mengerjakan sesuatu dan suami sibuk dengan garapannya. Satu-satunya acara yang kupilih adalah Upin-Ipin dan iklan. Aku menghindarkannya dari acara-acara lainnya, sambil kupikirian bagaimana agar dia ngga perlu nonton tv sama sekali. Ibu bilang kalau perlu cari saja orang untuk nyuci atau dilaundri, karena pendidikan anak adalah hal utama sebab kaitannya dengan tumbuh kembang manusia. Ada beragam dimensi dalam dirinya, ruh, akal, psikis dll.  Aku berupaya kian merengkuhnya agar terhindar dari screentime. Mengajaknya bermain, jalan-jalan, belajar, baca buku, bernyanyi. Tapi energinya sang

Pondasi Anak

Image
Sehat, ceria, mengenali beragam nilai kebaikan, dan mengasah kecerdasan bagiku adalah pondasi pendidikan.  Aku berharap anakku memiliki bekal pondasi yang baik sebagai seorang pribadi. Yang bisa menjadi bekalnya hingga kelak.  Penanaman Tauhid aqidah  sudah kumulai dengan sering menanyainya Siapa Tuhanmu, apa agamamu, siapa nabimu, apa kitabmu.  Ia sudah bisa menjawab Allah, Islam, Nabi Muhmmad dan Al Qur'an meski dengan ucapan yang belum sempurna. Kemudian sering mengajaknya dzikir kalimah thayyibah, shalawat, istighfar dan lain-lain.  Tak lupa, tentu saja menghujaninya doa siang dan malam.  ### Aku tidak tahu kapan tepatnya seorang anak bisa diberitahu dan memahami anjuran perintah dengan baik. Tapi sejak dia berhenti coret-coret tembok setelah berulang kali dijelaskan bahwa hal itu kurang baik, dan mengalihkannya ke kertas dengan ringan hati, kurasa dalam berbagai macam hal memberitahu menjadi bagian penting. Aku tidak menerapkan pola untuk tidak berkata jangan sama

Otw 2 tahun

Image
Perjalanan Asi eksklusif Aya sudah hampir dua tahun penuh.  Pasca melahirkan Asi sudah keluar. Ingat pertama dia mimik kehausan, inget saban hari Asi tumpah-tumpah karena saking banyaknya, inget juga pas dia mulai suka gigit-gigit dan akhirnya bisa pelan-pelan diberitahu.  Suka sama matanya yang lucu banget kalau lagi mimik. Sejak bisa menatap, tatapannya selalu bikin meleleh.  Seringkali dia minta tanganku untuk usap-usap pipinya sembari dia mimik, manja sekali 😊. Anaknya ngga pernah mau pakai dot, jadilah selama ini selalu mimi langsung. Asi eksklusif yang intens menumbuhkan kedekatan. Tinggal dua bulan lagi genap dua tahun. Sudah mulai kusounding, kasih pengertian kalau dua bulan lagi dia udah nggak mimik Mama.  Ingin menikmati masa-masa terakhir perjalanan menyusui anak pertama dengan lebih baik lagi. Masa yang tak terulang untuknya :')

Masa Pandemi 🥺

Kemarin untuk pertama kalinya di group Muslimah mengaji ada kabar salah satu anggota MM wafat. Usianya masih muda, hamil delapan bulan, kabarnya typus lalu terakhir dikabarkan terkena covid 19. Sedih sekali rasanya. Seolah dampak covid sudah di depan mata.  Menggigil rasanya hati setiap hari ada kabar duka Kyai-Nyai berbagai pesantren wafat di masa pandemi ini. Entah disebabkan covid atau yang lainnya. Seolah-olah orang-orang berguguran satu persatu di mendan perang. Hanya saja, musuhnya tak tampak. Protokol kesehatan harus diperketat. Masa pandemi sudah berlangsung hampir setahun. Meski new normal diterapkan, tetap saja harus tetap berupaya untuk berhati-hati. Pakai masker, cuci tangan, jaga jarak, hindari kerumunan.

Ke Dokter Anak

Image
Akhirnya kemarin ke dokter anak, Slawi Tegal, untuk cek kondisi anak pasca kejang. Alhamdulillah tidak ada masalah. Tinggal menyembuhkan meriangnya.  Cuaca Slawi cenderung panas, suhu tubuh kami jadi terasa kian hangat. Aya sendiri awalnya bercucuran keringat dan harus dikipas-kipas. Dia paling ngga kuat dengan kondisi gerah. Lihat dokter dan perawat sempat menangis karena takut.  Anaknya masih sering malu dan nangis tantrum tiap ketemu orang asing.  Pasca periksa main-main sebentar di lokasi bermain khusus anak sebelum akhirnya makan malam dan pulang.

Kesehatan Anak

Image
Tsurayya kejang lagi setelah hampir setahun ini. Tentu saja ini pukulan buatku karena merasa lalai. Suhunya memanas saat tidur. Sama seperti dulu saat usia 8 bulan. Sekarang usianya 20 bulan. Kemarin jelang maghrib setelah membawanya keluar kamar dan menyadarkannya, kami membawanya ke klinik untuk dikompres.  Hampir setiap orang bilang anaknya pernah mengalami kejang. Meski begitu, buatku ini bukan sesuatu yang biasa. Hatiku hancur melihat anak mungil itu step dan tak sadarkan diri meski hanya sekitar lima menit. Harusnya itu tidak terjadi jika aku lebih teliti. Anak ini jarang sakit setahun ini, batuk pilek pun ngga pernah sama sekali. Dia kuat dan selalu ceria. Membuatku lalai menyiapkan obat penurun panas. Harusnya meski baru panas sedikit, sudah harus kuminumi obat. :( Sekarang, sebisa mungkin harus ke dokter anak. Aku berprinsip ingin secepat mungkin menangani masalah anakku ke para ahlinya.